Thursday, September 3, 2015

duduk dan berbicara




 untuk halaman Persona

 koran Tribun Bali

Sedari kecil, Cokorda Agung Pramanayogi sudah menyukai fotografi. Pria yang akrab disapa Pram ini kini memilki studio foto sendiri yang diberi nama Pramanta Studio. Pramanta diambil dari nama Pramanayogi Cipta Utari yang merupakan penggabungan nama Pram dan istrinya. Sebelum menjadi Pramanta Studio, pada awalnya studio foto dan video ini bernama “Huruf A” art studio project. Huruf A dibangunnya sendiri pada 2010, dengan semua project diselesiakan sendiri. Setiap ada orderan pekerjaan, Pram memakai Huruf A sebagai lebel pertamanya. Huruf A akhirnya bertransformasi menjadi Pramananta Studio di awal tahun ini dengan lebih banyak bidang tambahan. Selain photo-video, ada juga interior, arsitektur, dan fashion design.
“Awalnya lebih fokus kepada video komunitas. Awalnya studio memang belum dikomersilkan, karena pertama harus membentuk brand, sampai nantinya punya nama yang dikenal banyak orang,” jelas Pram. Pria yang menyukai film dokumenter ini sangat mendukung kegiatan komunitas-komunitas pemuda. Setiap ada event komunitas, Pram dengan senang hati menawarkan diri untuk membuat video eventnya. Hasil filmnya dikasih ke komunitas secara free. Karena dari awal niatnya memang belajar, tidak meminta bayaran. Meskipun menawarkan diri dan free, Pram tetap profesional dalam bekerja. Bekerja baginya adalah berkarya. Yang ia yakini kelak, karyanya ini sebagai portopolio untuk diperlihatkan kepada setiap klien. “saat itu memang free, sekalian belajar dan bisa menambah pengalaman,” ujar Pram.  



Semakin kedepannya, Pram lebih serius menggarap studionya, yang mulai diangkat ke usaha bisnis. Studio yang awalnya bergerak hanya di bidang video dan potografi, sekarang lebih banyak bidang  seperti arsitektur, interior, dan fashion design. Karena melihat pengalamannya semasa kuliah arsitek, Pram memadukan skill ilmu arsitekturnya dengan video-photo. Sedangkan fashion design yang berfokus ke kostum dan aksesoris dibantu istrinya. Project paling besar yang pernah digarap ketika mendapat orderan dari Universitas Pelita Harapan Jakarta yang saat itu akan menyelenggarakan event pameran dan workshop mahasiswa arsitektur, dimana pembicaranya merupakan arsitek dari Jepang. “Dari EO event itu meminta saya untuk membuat video opening acara secara global yang berisi promosi event Trinale Arsitektur UPH. Video yang digarap sesuai dengan tema event saat itu, “Waktu adalah Ruang”,” jelas Pram.

Beberapa orderan yang didapatkan Pram mulai banyak kepada video wedding. Promosinya kebanyakan dari klien sendiri. Karena klien merasa video karya Pram bagus, akhirnya dengan sendirinya promo cepat tersebar dari teman ke teman. Bahkan pernah mendapat orderan dari Jakarta yang tidak mengetahui bahwa kantor Pramananta bermarkas di Bali. Saat ini, Pram sedang fokus menggarap project video berikutnya yang merupakan orderan seorang klien dari Hongkong. Biaya untuk sekali project videonya tergantung dari tipe orderan. Ada yang berupa video dokumentasi yang lebih panjang, ada yang berupa video klip yang berdurasi 5 menit. Harga pembuatan satu project video tergantung dari waktu lamanya produksi. Video yang waktu produksinya bisa sampai seharian memang biayanya lebih mahal dari video klip biasa. Namun Pram tidak mematok harga yang tinggi. Baginya, yang terpenting klien suka dengan hasilnya.
“Kalau video dokumentasi lebih mahal dari video klip biasa, karena waktunya lama, dan lumayan capek menguras tenaga saat produksi dan editing, harus stand by dari pagi dan lembur,” ungkap Pram. Basic awalnya dari video komunitas. Dari situ ia menyadari bergelut di dunia kreatif yang tidak bisa berdiri sendiri. Saling membantu sesama teman yang lainnya dalam berkarya. Saling mendukung sehingga bersama-sama berhasil punya nama, keberhasilan teman yang didukungnya itu membuat Pram ikut senang. Pram merasa usahanya masih baru, dan sekarang akan semakin mematangkan sistem menejemen kantornya. Semua proses dilakukan Pram sendiri, mulai dari merekam, photo take, editing sampai arsitektur desain dilakukannya sendiri.

Berawal Dari Dokumentasi Keluarga
Latar belakang Pram menyukai film memang berasal dari keluarga. Ayah Pram merupakan seorang yang menyukai dokumentasi. Meskipun ayahnya seorang dokter, tapi sangat mencintai dokumentasi, sehingga koleksi foto di rumahnya sangat banyak. Hal itu membuat Pram dari kecil sudah terbiasa dengan kamera. Saat duduk di bangku SMA Pram sudah mulai menyadari tentang ketertarikannya pada video. Berawal dari kakanya yang waktu itu sedang membuat video tentang acara kampus. Dari situ Pram mulai belajar dan sangat menikmati keseruan membuat film. Akhirnya film pertamanya ia garap ketika SMA yang menceritakan tentang organisasinya waktu itu. Ia mulai serius belajar editing pada tahun 2005. Namun Pram merasa itu hanya sekedar hobi, sehingga ketika kuliah ia mengambil jurusaan lain. Namun masa-masa kuliah semangat sineasnya semakin bergairah. Lantaran masa itu mulai banyak bermunculan komunitas film. Ia mulai mengikuti workshop film. Begitu mencintai dunia film, Pram sampai membuat sebuah film sebagai tugas akhir kuliah arsitekturnya. Dari situ ia menyadari ternyata dalam menyampaikan pendapat itu lebih mudah dengan menggunakan audio visual. “Ketika saya menjadi arsitek ketika menjelaskan ide yang ia punya, ternyata lebih gampang dengan film, orang menjadi lebih tertarik dan mudah mengerti tentang konsepnya. Sejak saat itu mulai 2011 saya mulai ikut banyak workshop, mulai serius menggeluti film, mulai belajar banyak tenatng editing, bagaimana teknik video yang benar, “ tutur pemuda yang pernah menjadi Indonesia Youth Ambassador pada program Pertukaran Pemuda ASEAN-Jepang itu.

Dokumenter Samudera Pasifik
Film dokumenter pertamanya menggarap tentang perjalanan program pertukarannya ke Jepang dan negara ASEAN dengan melayari Samudera Pasifik dan laut Cina Selatan. Film itu menceritakan tentang persahabatan pemuda antar negara ASEAN-Jepang. Film itu mendapat sambutaan yang luar biasa dari peserta pertukaran. Menjadi film yang akan dikenang selama perjalanan melayari Samudera Pasifik. Impian Pram saat ini akan menggarap sebuah film dokumenter keluarga.  Tentang perjalanan kehidupan dirinya dan istrinya sampai anaknya remaja. Terhadap Pramanta Studio, Pram menganggap setiap usaha harus punya value. “Usaha buat saya adalah karya, kita memang membutuhkan uang tapi bukan itu tujuan utamanya. Ketika melakukan pekerjaan dengan benar maka uang itu akan datang, karena usaha yang kita kerjakan sebaiknya akan bernilai dengan sendirinya. Yang paling penting dalam usaha saya adalah karya. Saya paling berkesan ketika melihat hasil  karya film yang saya buat, mulai dari yang biasa ketika memakai kamera pocket, sampai mengalami perkembangan yang lebih baik saat ini, hal itu yang sangat memotivasi saya, mengingat lagi ketika bagaimana awal berjuang dulu,“ jelas Pram. Salah satu karya filmnya yang mendapat penghargaan yaitu film pendek fiksi “532”  sebagai the best director dan the best movie SSEAYP film festival 2012.


*Persona, Tribun Bali edisi 24 Agustus 2015


No comments:

Post a Comment