Friday, February 5, 2016

menjadi bermanfaat

Ini adalah tulisan terakhir saya untuk Tribun Bali, saya menulis ini ketika saya sudah berada di kampung halaman. Saya sangat mencintai pekerjaan saya sebagai jurnalis, dan saya harus memutuskan untuk resign saat sedang deg-degan menunggu pengumuman beasiswa LPDP, alasan resign yang lain adalah karena saya ingin mengistirahatkan kaki saya yang terluka akibat kecelakaan, dan ada satu hal yang terjadi di keluarga, dan saya harus menyelesaikannya. 

Beberapa hari setelah tulisan ini terbit, saya mendapat email dari LPDP bahwa saya dinyatakan lulus. Tulisan ini juga sangat spesial untuk saya, karena ketika saya melakukan interview dengan Ibu Riniti, esok harinya saya harus balik ke Lombok. Dalam perjalanan pulang kampung itu, handphone saya hilang (tepatnya dicuri). Semua data dan hasil rekaman untuk tulisan ini ada dalam handphone saya. 

Ini adalah tulisan yang saya tulis dengan ingatan-ingatan yang samar dalam perasaan cemas, kehilangan, kecewa, luka dan patah hati. Pertemuan saya dengan Ibu Riniti hingga tulisan ini selesai telah memberikan saya sebuah perjalanan tentang hal-hal seperti keikhlasan, ketulusan, dan kasih sayang. Hal-hal itu tidak terlihat tapi kita tahu itu ada, karna kita merasakannya. :)

Smart Woman
 Luh Riniti Rahayu, Mengajak Perempuan Peduli Politik
Luh Riniti Rahayu adalah seorang aktivis yang peduli terhadap nasib perempuan. Khususnya perempuan Bali. Dosen Fisip  yang akrab disapa Riniti ini mempunyai mimpi agar perempuan Bali bisa hidup dalam keadaan aman dan sejahtera. Karena rasa kepedulian yang tinggi inilah ia mendirikan lembaga Bali Sruti. Sebuah lembaga swadaya masyarakat yang berfokus pada pendidikan perempuan, khususnya pendidikan politik dan hukum. Sejak 2004, ia bersama beberpa teman aktif merangkul perempuan-perempuan untuk diberikan pemahaman tentang pendidikan politik. Beragam acara seperti seminar dan training kerap diadakan untuk memperkenalkan ilmu politik kepada perempuan-perempuan muda.

“Untuk apa perempuan masuk ke dunia politik? Ini sangat penting untuk dipahami”, ucap ketua LSM Bali Sruti ini. Riniti mengibaratkan Gedung DPR itu sama halnya dengan Rumah Tangga. Dalam Rumah Tangga ada ayah dan ibu, dalam hal ini tidak mugkin laki-laki bekerja sendiri dalam Rumah Tangga tersebut tanpa didampingi oleh perempuan. “Jadi yang mengatur kesejahteraan di negara ini harus ada kaum perempuan”, jelas ibu 3 anak ini.

Dalam training maupun seminar, Riniti selalu memaparkan beberapa isu penting yang harus diketahui oleh para perempuan khususnya yang akan terjun ke dunia politik seperti caleg perempuan. Menurut Riniti, perempuan harus memahami beberapa hal tentang isu kesehatan reproduksi, kesejahteraan keluarga, kepedulian terhadap anak, serta isu kekerasan seksual. Riniti mengingatkan kepada para perempuan khususnya yang akan menjadi caleg agar punya komitmen yang kuat jika ingin berkipah di dunia politik.

Menurutnya, perempuan yang terjun ke dunia politik masih sangat sedikit. Karena pendidikan politik kepada perempuan masih belum begitu meluas. Hanya beberapa kelompok tertentu saja. Beberapa hambatan seperti di walayah pelosok sering terjadi kekerasan terhadap perempuan, dikarenakan di pedesaan perempuan belum ada pengetahuan tentang hukum maupun politik. Ia berharap pendidikan politik dan hukum akan membantu kaum perempuan untuk mengetahui apa yang menjadi hak mereka dan  bagaimana memperjuangkannya.

LSM Bali Sruti yaang dipimpinnya saat ini kerap diundang di acara-acara dan media cetak maupun elektronik. Acara diskusi juga sering terjun langsung menyentuh mahasiswa mahasiswi. Tidak hanya menyangkut masalah politik untuk perempuan, tapi juga beragam masalah sosial lainnya yang saling menyangkut satu sama lain. Seperti diskusi tentang kekerasan terhadap anak, rokok, kesehatan, bahkan isu-isu terkini dalam hal ekonomi seperti masalah kebutuhan pokok dalam Rumah Tangga.


Peduli Hak-hak Perempuan Bali
Riniti sangat peduli terhadap status perempuan dalam kebudayaan Bali. Saat ini ia sedang memperkenalkan hak perempuan Bali yang menyangkut warisan. Menurutnya, perempuan Bali dalam lingkup pembangunan sangat bisa diandalkan. “Laki-laki dan perempuan dilahirkan dengan cara yang sama, mereka memiliki tingkat kecerdasan yang setara. Hal ini harus diperhtikan dalam pembangunan. Oleh karena itu sangat pantas perempuan diberi hak dan kesempatan yang sama dalam segala hal,” jelas Riniti. 

Menurutnya, perempuan Bali dalam hak waris harus digali dan dimunculkan kembali, agar perempuan Bali semakin maju untuk kedepannya. Bali Sruti yang ia pimpin akan terus menggali hal ini sehingga kelak bisa dirasakan keseluruh penjuru Bali teruatama ke banjar-banjar dan pemegang kebiajakan sehingga perempuan Bali mendapat kedudukan yang baik dan tidak ada lagi diskriminasi. 

Berbagai usaha akan terus dilakukan Riniti dan kawan-kawan untuk menyuarakan keadilan dan hak perempuan Bali. Hal ini mendapat dukungna dari berbgai pihak sehingga seminar dan training maupun workshop kerap dilakukan. Di antara acara-acara yang diadakan bekerjasama dengan MUDP Bali, pakar hukum, dan beberapa lembaga yang bergerak di bidang perempuan. “Kami akan terus melakukan sosialisasi hingga tidak hanya perempuan Bali tapi juga semua masyarakat harus paham tentang hak dan kewajiban.”


Menjadi Bermanfaat
Bagi Riniti, hidup harus bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Ia menikmati kehidupan yang sederhana. Dengan kesederhanaan cukup membuatnya selalu bersyukur akan apa yang ia miliki saat ini, terutama suami dan anak-anaknya yang selalu mendukung setiap langkah yang akan ia ambil dalam berbagi bersama para perempuan. Keluarga adalah hartanya yang paling berharga. 

Riniti sangat bersyukur, karena ia menyadari bahwa banyak perempuan yang masih tidak bisa merasakan keadilan  dan hak-hak mereka dirampas. Banyak diskriminasi terhadap perempuan hingga kehidupan perempuan jauh dari kesejahteraan. Rasa syukur yang ia rasakan menggerakkan untuk berbagi dengan orang lain. Visi dan misi yang ia perjuangkan untuk mengangkat hak-hak perempuan akan terus ia lakukan tanpa henti. 

“Perjuangan ini memang tidak mudah, dan butuh waktu yang tidak cepat, tapi saya yakin hasilnya nanti akan bisa dirasakan oleh generasi penerus kita,” harap Riniti. Ia percaya, harapan ini akan terwujud mungkin berabad-abad nanti, namun yang paling terpenting adalah setiap orang harus bergerak untuk maju mulai dari sekarang.
*terbit di Koran Tribun Bali edisi Minggu 6 Desember 2015

No comments:

Post a Comment