Friday, February 5, 2016

hidup adalah menulis

 
Smart Woman
Kadek Sonia Piscayanti, Menerapkan Literasi Sejak Dini

Kadek Sonia Piscayanti adalah seorang penulis, dosen, dan aktivis pendidikan. Hari-harinya diisi dengan menulis dan mengajar. Perempuan yang akrab disapa Sonia ini aktif mengajar di Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Bali, sebagai dosen Sastra Inggris. Saat ini juga sibuk mengurus keluarga dan buah hati Putu Putik Padi (7 tahun) dan Kadek Kayu Hujan (1 tahun 6 bulan). Begitu mencintai dunia sastra, ia sangat menikmati Mengelola komunitas Sastra dan Seni Budaya Komunitas Mahima dan Lembaga Mahima Institute Indonesia yang bergerak di bidang penerbitan dan pendidikan serta penelitian budaya. Perempuan yang lahir dan besar di Bali ini juga merintis rumah belajar Literacy Learning Home yang mendidik anak-anak memahami dan memiliki sikap yang mencerminkan literasi sejak dini.
“Sejak SD sudah dikenalkan kepada puisi oleh guru , dan berlanjut ke lomba mengarang, lomba bercerita, hingga lomba menulis di jenjang pendidikan SMP, SMA, hingga mahasiswa. Di kampus mengikuti berbagai aktivitas kemahasiswaan juga menjadi staf redaksi majalah kampus dan menjadi ketua UKM Teater,  menulis di berbagai media massa baik lokal maupun nasional,” ungkap perempuan yang pernah masuk dalam 15 besar mahasiswa berprestasi tingkat nasional ini.
Beberapa karyanya adalah cerpen, prosa dan puisi, naskah drama dan esai yang dimuat di media lokal, nasional dan internasiona. Awalnya Sonia mengikuti lomba cerpen di Balai Bahasa, dan menjadi juara. Puncaknya juara dua tingkat nasional penulisan cerpen “Karna Saya Ingin Berlari” pada 2005. Setelah itu menerbitkan antologi cerpen pertamanya pada 2007 dengan judul yang sama yang diterbitkan oleh Akar Indonesia. Sejak itu, menulis menjadi bagian hidupnya yang tak terpisahkan. Ia aktif menulis  cerpen di media, di antologi bersama, maupun menerbitkan esai di media nasional. Ia juga beberapa kali diundang menjadi pembicara dan pengisi acara di Ubud Writers and Readers Festival di antaranya dalam tema “Kartini masa Kini” bersama Dewi Lestari (2013).
Selain pencapaian-pencapaian yang kadang dimaknainya sebagai kesuksesan dalam arti fisik, Sonia melihat pengalaman berharganya itu justru ketika menjadi ibu dan menjadi penulis. Tantangannya sangat besar, begitupun menjadi pengajar, menjadi pengelola komunitas, menjadi anggota masyarakat Bali dan menjadi perempuan Bali dalam konteks sosial yang kaya dimensi. Semua itu menjadi sangat berharga baginya.
Menulis adalah dunianya, Sonia akan terus berkarya melalui tulisan yang harapannya bisa selalu memberikan manfaat. Selain itu, kepeduliannya terhadap pendidikan khusunya pendidikan anak menjadi fokusnya hingga ia selalu aktif mengelola rumah belajarya sebagai wadah untuk anak-anak agar memiliki karakter yang cerdas dan gemar membaca. Adapun karya-karya adalah The Story of A Tree (kumpulan naskah berbahasa Inggris) ,  terbit tahun 2013. Lalu buku pengajaran drama The Art of Drama, The Art of Life terbit tahun 2014. Lalu buku pengajaran sastra, The Art of Literature (Poetry and Prose Fiction) akan terbit akhir tahun ini. Karya berikutnya juga yang akan terbit akhir November adalah kumpulan cerpen “Perempuan Tanpa Nama” yang menjadi salah satu karya yang mendapat penghargaan Widya Pataka 2015 dari Badan Perpustakaan dan Arsip Propinsi Bali.

Bali yang Selalu Menginspirasi
“Bali sangat menginspirasi,” ungkapnya. Sonia besar dan hidup di Bali. Bali tak pernah habis memberinya inspirasi. Dari keunikan budayanya memberikan keindahan tertentu bagi Sonia saat meciptakan karya. Ia juga banyak melihat pola pikir dan prinsip hidup masyarakat Bali yang begitu kuat, juga cara menyelesaikan persoalan dalam kehidupan, serta cara melihat Bali dari sudut perempuan, itu yang terus ia gali hingga menciptakan karya. Harapannya untuk perkembangna sastra di Bali khususnya bagi penulis perempuan, Sonia berharap perempuan Bali bisa hidup mandiri. “Perempuan tidak bisa berharap dari pemerintah, atau sosial, dunia lain atau siapapun. Ia harus menentukan nasibnya sendiri,” jelas Sonia. Menurutnya, perempuan yang cerdas harus mandiri dan mencoba menggali potensinya tanpa berharap berlebihan dari orang lain.

Perjalanan Kreatif ke Australia dan Eropa
Sonia sempat menikmati perjalanan kreatif ke Australia, dalam kegiatan OzAsia Festival  pada 2013. Ia diundang menjadi satu di antara penulis perempuan dalam pertemuan penulis se-Asia Pasifik OzAsia Festival, di Adelaide. Sebelumnya, ia juga mendapat undangan berkunjung ke Griffith University, Gold Coast Australia tahun 2011 dan 2012, dalam rangka program penulisan kreatif. Di tahun 2014, proposal muhibah seni budaya yang melibatkan naskahnya Layonsari dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi hingga dikirim ke Belanda dan Prancis yaitu ke Windesheim University dan La Rochelle University.

Biodata:
Nama: Kadek Sonia Piscayanti
TTL: Singaraja, 4 Maret 1984
Pekerjaan: Dosen Pengajar Sastra di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja. Pendiri Mahima Institute Indonesia dan Komunitas Mahima.
 
Karya: Cerpen “Menu Makan Malam” (Jawa Pos, 2005), Cerpen “Karena Saya Ingin Berlari” (dimuat di Koran Tempo, 2006), Cerpen “Pada Suatu Pagi” (Suara Pembaruan, 2006),  Cerpen “Kosong” dimuat di Jurnal Cerpen Indonesia (Akar Indonesia, 2009), Cerpen “Laki-Laki Tua yang Ingin Mati” dimuat dalam antologi “Lobakan” (Koekoesan, 2009), Esai “Discovering Shakespeare in Singaraja” (The Jakarta Post, 2012), Cerpen “Langit ini Mengejekku” (Jawa Pos, 2013), Esai “Seni dalam Hidup, Hidup dalam Seni” (Bali Post, 2014). Ia telah menerbitkan buku kumpulan cerpen “Karena Saya Ingin Berlari” (Akar Indonesia, Yogyakarta, 2007), buku ajar sastra berbahasa Inggris “Literature is Fun” (Mahima Institute Indonesia, 2012), kumpulan naskah drama berbahasa Inggris “The Story of A Tree” (2014) dan yang akan terbit buku ajar drama berbahasa Inggris “The Art of Drama, The Art of Life”. Menjadi editor kumpulan puisi dan prosa penulis muda Bali Utara “Hadiah untuk Langit” (Mahima Institute Indonesia, 2012). Menjadi editor kumpulan puisi penyair Tuti Dirgha “Beri Aku Waktu” (Mahima Institute Indonesia, 2012).

Undangan: Mengikuti program Creative Writing di Griffith University, Gold Coast, Australia (2011 dan 2012). Diundang menjadi salah satu penulis perempuan dalam pertemuan penulis se-Asia Pasifik di OzAsia Festival, Adelaide Australia (2013). Menulis naskah dan menyutradarai pementasan hibah seni budaya program Dikti ke Eropa (Belanda dan Prancis, 2014). 

Buku Terbaru: Kumpulan Cerpen Perempuan Tanpa Nama (2015), dan pembelajaran sastra inggris The Art of Literature (Poetry and Prose Fiction).
 
*terbit di Koran Tribun Bali edisi Minggu 22 November 2015

1 comment:

  1. makasi Anisa, udah setahun lalu yaaa, semoga terus bisa menginspirasi

    ReplyDelete